THE WEALTH OF NATIONS (Kekayaan Bangsa-bangsa)

THE WORLD OF NATIONS

Karya Adam Smith



The Wealth of Nations adalah karya monumental yang meletakkan dasar bagi ilmu ekonomi modern. Adam Smith membahas bagaimana kekayaan suatu negara terbentuk, didistribusikan, dan dipertahankan. Ia menekankan pentingnya kebebasan individu dalam kegiatan ekonomi, pasar bebas, dan pembagian kerja sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi.


Book I, Chapter I – Of the Division of Labour (Tentang Pembagian Kerja)

Gagasan Utama:

Produktivitas kerja meningkat secara drastis ketika proses produksi dibagi menjadi serangkaian tugas kecil dan khusus. Inilah yang disebut pembagian kerja (division of labour).

Penjelasan Inti:

  1. Efisiensi melalui spesialisasi:
    Smith menggunakan contoh pabrik peniti (pin factory), di mana satu pekerja yang mengerjakan semua langkah hanya bisa membuat beberapa peniti per hari. Tapi jika pekerja dibagi menjadi beberapa tugas khusus (misalnya satu hanya menarik kawat, satu hanya memotong, satu hanya meraut ujung), maka bersama-sama mereka bisa membuat ribuan peniti per hari.

  2. Tiga alasan kenapa pembagian kerja meningkatkan produktivitas:

    • Pekerja menjadi lebih terampil dalam satu tugas.

    • Waktu tidak terbuang untuk berganti tugas atau alat.

    • Penemuan alat atau mesin menjadi lebih mungkin karena tugas menjadi lebih sederhana dan bisa diotomatisasi.

  3. Pembagian kerja bukan hasil perencanaan besar:
    Ini muncul dari kecenderungan alami manusia untuk bertukar barang dan jasa. Karena itu, setiap orang cenderung mengembangkan keahlian tertentu dan menukar hasil kerjanya dengan orang lain.

Kesimpulan:

Pembagian kerja adalah kunci utama kemakmuran dan kemajuan masyarakat. Semakin berkembang pembagian kerja, semakin tinggi produktivitas, dan pada akhirnya, semakin besar kekayaan bangsa.


Book I, Chapter II – "Of the Principle which gives Occasion to the Division of Labour" (Tentang Prinsip yang Menimbulkan Pembagian Kerja)

Inti Pokok:

Dalam bab ini, Adam Smith menjelaskan mengapa pembagian kerja muncul dan berkembang.

Jawabannya:
Karena sifat alami manusia untuk bertukar barang dan jasa — yang disebutnya sebagai kecenderungan untuk "truck, barter, and exchange" (bertukar, berbarter, dan berjual beli).

Penjelasan Utama:

  1. Kemampuan bertukar adalah unik bagi manusia:
    Smith menegaskan bahwa hanya manusia yang secara alami saling menukar. Hewan lain tidak memiliki kemampuan atau kecenderungan seperti ini.

  2. Pertukaran mendorong spesialisasi:
    Karena orang bisa menukar hasil kerjanya dengan orang lain, mereka tidak perlu menghasilkan segalanya sendiri.
    Misalnya:

    • Petani bisa bertani saja, lalu menukar hasil panennya dengan pakaian dari penenun.

    • Tukang kayu bisa membuat perabotan dan menukarnya dengan makanan.

  3. Pembagian kerja lahir dari pertukaran, bukan kecerdasan atau perencanaan:
    Ini bukan karena manusia lebih pintar atau punya wawasan jangka panjang, tapi karena mereka terdorong untuk mendapatkan keuntungan pribadi dari menukar barang.

Contoh Adam Smith:

“It is not from the benevolence of the butcher, the brewer, or the baker that we expect our dinner, but from their regard to their own interest.”
(Bukan karena kebaikan hati tukang daging, pembuat bir, atau tukang roti kita mendapat makan malam, melainkan karena kepentingan pribadi mereka.)

Artinya, setiap orang termotivasi oleh kepentingan pribadi, dan justru dari sinilah masyarakat secara keseluruhan mendapat manfaat.

Kesimpulan Bab 2:

Pembagian kerja muncul dari dorongan alami manusia untuk bertukar.
Ini memungkinkan spesialisasi dan menjadi fondasi kemajuan ekonomi. Kepentingan pribadi — bukan kebaikan hati — yang secara tak langsung mendorong kerja sama sosial.


Book I, Chapter III – "That the Division of Labour is Limited by the Extent of the Market" (Bahwa Pembagian Kerja Dibatasi oleh Luasnya Pasar)

Inti Pokok:

Dalam bab ini, Adam Smith menyatakan bahwa tingkat pembagian kerja bergantung pada seberapa luas pasar.
➡️ Semakin besar pasar, semakin besar peluang untuk spesialisasi.
➡️ Sebaliknya, di pasar kecil, pembagian kerja terbatas karena tidak ada cukup permintaan untuk spesialisasi.

Penjelasan Utama:

  1. Pasar kecil = spesialisasi terbatas
    Di desa terpencil, seorang pengrajin mungkin harus membuat sendiri seluruh produk, karena jumlah konsumen sedikit.

  2. Pasar besar = spesialisasi tinggi
    Di kota besar atau pusat perdagangan, permintaan tinggi memungkinkan orang menjadi sangat terspesialisasi—misalnya hanya membuat sepatu, atau bahkan hanya bagian dari sepatu.

  3. Transportasi dan infrastruktur memperluas pasar
    Sungai, pelabuhan, dan jalan memungkinkan produsen menjual ke tempat lain.
    ➤ Ini memperluas pasar → memungkinkan lebih banyak spesialisasi → meningkatkan produktivitas.

Contoh Nyata dari Smith:

  • Daerah pesisir atau dekat sungai berkembang lebih cepat karena lebih mudah berdagang.

  • Tukang roti di kota besar bisa hanya membuat roti, tapi di desa ia mungkin juga harus menggiling gandum dan membuat oven.

Kesimpulan Bab 3:

Pembagian kerja hanya bisa berkembang sejauh pasar memungkinkan.
Tanpa pasar yang luas, orang tidak bisa mengandalkan pertukaran dan terpaksa menjadi serba bisa. 

Dengan kata lain, spesialisasi hanya menguntungkan jika ada cukup banyak orang yang mau membeli hasil kerja kita. Maka, pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada luas dan akses pasar


Book I, Chapter IV – "Of the Origin and Use of Money" (Tentang Asal-usul dan Fungsi Uang)

Inti Pokok:

Bab ini menjelaskan bagaimana uang muncul secara alami dari sistem barter dan mengapa uang sangat penting untuk mempermudah pertukaran dalam masyarakat.

Penjelasan Utama:

  1. Masalah sistem barter:

    • Dalam sistem barter, pertukaran bergantung pada "double coincidence of wants": dua orang harus saling menginginkan barang milik satu sama lain.

    • Contoh: Jika seorang tukang sepatu ingin roti, ia harus menemukan pembuat roti yang kebetulan butuh sepatu.

  2. Solusi: lahirnya uang sebagai perantara tukar (medium of exchange):

    • Orang mulai menerima barang tertentu yang disepakati bersama sebagai alat tukar.

    • Barang tersebut harus tahan lama, mudah dibawa, dan bernilai relatif stabil.

  3. Perkembangan bentuk uang:

    • Awalnya berupa barang seperti garam, ternak, atau logam (emas, perak).

    • Kemudian berkembang menjadi uang logam dengan berat dan nilai tertentu.

    • Pemerintah mulai mencetak koin resmi untuk mencegah penipuan dan memastikan standarisasi.

  4. Uang sebagai pengukur nilai:

    • Uang memungkinkan semua barang dan jasa dinilai dalam satuan yang sama → mempermudah perhitungan harga, keuntungan, biaya, dll.

Kutipan Kunci:

"Men naturally turned from barter to money to overcome the inconveniences of direct exchange."

Kesimpulan Bab 4:

Uang muncul bukan karena perintah negara, tetapi sebagai solusi alami atas keterbatasan barter.

Tanpa uang, pertukaran sangat tidak efisien, dan ekonomi tidak akan berkembang jauh. 


Book I, Chapter V – "Of the Real and Nominal Price of Commodities, or of Their Price in Labour, and Their Price in Money" (Tentang Harga Riil dan Harga Nominal Barang: Harga dalam Bentuk Tenaga Kerja dan Harga dalam Bentuk Uang)

Inti Pokok:

Adam Smith membedakan antara harga nominal dan harga riil suatu barang.
Ini adalah fondasi pemikirannya tentang nilai dan pengukuran kekayaan sejati.

Penjelasan Utama:

1. Harga Nominal (Nominal Price):

  • Yaitu harga suatu barang dalam bentuk uang.

  • Contoh: Sebuah roti seharga 10 koin perak.

2. Harga Riil (Real Price):

  • Yaitu jumlah tenaga kerja yang harus dikorbankan untuk mendapatkan barang tersebut.

  • Menurut Smith, tenaga kerja adalah satu-satunya ukuran sejati nilai karena waktu dan usaha manusia tidak bisa dimanipulasi seperti uang.

  • Contoh: Jika butuh 5 jam kerja untuk membuat satu roti, maka harga riil roti adalah 5 jam kerja.

Perbandingan Uang vs Tenaga Kerja:

  • Uang bisa naik-turun nilainya (inflasi, kelangkaan logam mulia, dsb), tapi tenaga kerja tetap stabil sebagai ukuran nilai.

  • Maka, kekayaan seseorang tidak diukur dari jumlah uang yang dimiliki, melainkan dari jumlah barang dan jasa (hasil kerja) yang bisa dibelinya.

Gagasan Tambahan:

  • Di masa awal masyarakat, pertukaran langsung tenaga kerja dengan barang adalah hal yang umum.

  • Namun seiring berkembangnya masyarakat, uang digunakan sebagai perantara → ini mengaburkan nilai riil suatu barang.

Kesimpulan Bab 5:

Harga riil suatu barang diukur dari jumlah tenaga kerja yang dikorbankan untuk memperolehnya.

Harga nominal hanyalah representasi uangnya, yang bisa berubah-ubah tergantung kondisi ekonomi.


Book I, Chapter VI – "Of the Component Parts of the Price of Commodities" (Tentang Komponen-Komponen Pembentuk Harga Suatu Barang)

Inti Pokok:

Adam Smith menjelaskan bahwa harga suatu barang (harga pasar) terdiri dari tiga elemen utama:

1. Upah tenaga kerja (wages of labour)

  • Pembayaran kepada pekerja untuk tenaga dan waktu yang mereka berikan dalam proses produksi.

2. Keuntungan modal (profit of stock)

  • Imbal hasil untuk pemilik modal (misalnya pemilik pabrik atau alat), karena mereka menanamkan modal dan menanggung risiko.

3. Sewa tanah (rent of land)

  • Pembayaran kepada pemilik tanah untuk penggunaan lahannya dalam proses produksi.

Penjelasan Tambahan:

  • Dalam masyarakat yang belum berkembang, nilai suatu barang hampir seluruhnya berasal dari tenaga kerja.

  • Namun dalam masyarakat maju, pemilik modal dan pemilik tanah juga berkontribusi dalam proses produksi, sehingga mereka juga mengambil bagian dari harga barang tersebut.

Contoh:

Sebuah roti:

  • Dihasilkan oleh pekerja (membuat adonan dan memanggang),

  • Menggunakan alat milik pemodal,

  • Di atas lahan milik tuan tanah.
    ➡ Maka harga roti harus menutup upah pekerja, keuntungan pemodal, dan sewa tanah.

Implikasinya:

Smith menekankan bahwa harga pasar bukan hanya hasil dari tenaga kerja, tetapi merupakan hasil gabungan dari berbagai bentuk kontribusi ekonomi. Ini menjadi dasar pembahasan selanjutnya tentang pembagian pendapatan dalam masyarakat.

Kesimpulan Bab 6:

Harga barang adalah gabungan dari upah kerja, keuntungan modal, dan sewa tanah.
Masing-masing komponen ini mencerminkan peran utama dalam proses produksi di masyarakat kapitalis.

Bab ini menghubungkan teori nilai dengan realitas distribusi ekonomi, dan membuka jalan bagi pembahasan tentang upah, laba, dan sewa dalam bab-bab berikutnya.


Book I, Chapter VII – "Of the Natural and Market Price of Commodities" (Tentang Harga Alamiah dan Harga Pasar Suatu Barang)

Inti Pokok:

Adam Smith membedakan antara harga alamiah (natural price) dan harga pasar (market price) dari sebuah barang.

1. Harga Alamiah (Natural Price):

  • Adalah harga minimum yang diperlukan untuk menutup:

    • Upah pekerja

    • Keuntungan pemodal

    • Sewa tanah
      ➡ Ini adalah harga "normal" jangka panjang, yang menjaga kelangsungan produksi.

2. Harga Pasar (Market Price):

  • Adalah harga aktual di pasar, yang bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari harga alamiah.

  • Harga pasar ditentukan oleh penawaran dan permintaan saat ini.

Hubungan antara Harga Pasar dan Harga Alamiah:

KondisiHarga Pasar vs AlamiahDampak
Permintaan > PenawaranHarga pasar > harga alamiahProdusen untung besar, produksi bertambah
Permintaan < PenawaranHarga pasar < harga alamiahProdusen merugi, produksi berkurang
Permintaan = PenawaranHarga pasar = harga alamiahProduksi stabil
  • Dalam jangka panjang, persaingan akan mendorong harga pasar kembali ke harga alamiah.

Catatan Penting:

  • Harga alamiah adalah seperti "gravitasi" harga: pasar bisa naik atau turun, tapi akan selalu ditarik kembali ke titik keseimbangan ini oleh kekuatan pasar.

  • Jika keuntungan terlalu tinggi, lebih banyak orang akan masuk ke sektor itu → pasokan naik → harga turun ke titik normal.

Kesimpulan Bab 7:

Harga alamiah mencerminkan biaya produksi jangka panjang yang berkelanjutan.
Harga pasar bisa naik-turun tergantung permintaan dan penawaran, tapi cenderung kembali ke harga alamiah seiring waktu. 

Bab ini memperkenalkan prinsip dasar mekanisme pasar bebas — di mana persaingan dan permintaan-penawaran mengatur harga secara otomatis, tanpa perlu campur tangan pemerintah.


Book I, Chapter VIII – "Of the Wages of Labour" (Tentang Upah Tenaga Kerja)

Inti Pokok:

Adam Smith membahas faktor-faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya upah tenaga kerja dalam masyarakat.

Penjelasan Utama:

1. Upah minimum untuk hidup layak

  • Seorang pekerja harus setidaknya mendapat cukup untuk memelihara dirinya dan keluarganya.

  • Jika upah berada di bawah tingkat ini untuk waktu lama, jumlah tenaga kerja akan berkurang karena pekerja tidak bisa bertahan hidup atau berkembang biak.

2. Pertumbuhan ekonomi → naiknya upah

  • Di negara yang berkembang pesat, permintaan akan pekerja meningkat, sehingga upah pun naik.

  • Sebaliknya, di negara stagnan atau menurun, permintaan rendah → upah cenderung rendah dan stagnan.

3. Negosiasi antara pekerja dan pengusaha tidak seimbang

  • Pekerja "tidak bisa menunggu lama tanpa penghasilan", sementara pengusaha bisa menunda membayar.

  • Karena itu, pengusaha memiliki kekuatan tawar lebih besar dibanding pekerja.

  • Smith menyebut bahwa majikan sering “bersekongkol diam-diam” agar tidak menaikkan upah.

Kutipan Penting:

"A man must always live by his work, and his wages must at least be sufficient to maintain him."

Artinya, upah harus cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar pekerja, atau sistem ekonomi tidak akan berkelanjutan.

Faktor yang Mempengaruhi Tinggi-Rendahnya Upah:

  • Pertumbuhan permintaan tenaga kerja

  • Biaya hidup

  • Ketersediaan pekerja

  • Kekuasaan negosiasi antara pekerja dan majikan

  • Kondisi umum perekonomian

Kesimpulan Bab 8:

Upah tenaga kerja bergantung pada dinamika permintaan dan penawaran tenaga kerja, tapi dalam praktiknya juga sangat dipengaruhi oleh ketimpangan kekuatan antara pekerja dan pemilik modal.
Masyarakat yang berkembang pesat cenderung memberi upah lebih baik karena permintaan tinggi.

Bab ini adalah awal dari pembahasan lebih dalam mengenai pendapatan sebagai salah satu dari tiga bentuk penghasilan utama dalam ekonomi (selain keuntungan dan sewa tanah). 


Book I, Chapter IX – "Of the Profits of Stock" (Tentang Keuntungan Modal)

Inti Pokok:

Bab ini membahas keuntungan (profit) yang diperoleh pemilik modal, serta faktor-faktor yang memengaruhi besar kecilnya keuntungan tersebut.

Penjelasan Utama:

1. Sumber Keuntungan:

  • Keuntungan berasal dari investasi modal ke dalam produksi barang dan jasa.

  • Modal diperlukan untuk membayar pekerja, membeli bahan baku, dan menyediakan alat-alat produksi.

2. Hubungan antara Upah dan Keuntungan:

  • Ada hubungan terbalik antara upah dan keuntungan.

    • Jika upah pekerja naik, bagian keuntungan bagi pemilik modal biasanya menurun.

    • Sebaliknya, jika upah rendah, keuntungan bisa lebih tinggi.

3. Persaingan antar Pemilik Modal:

  • Semakin banyak modal yang masuk ke suatu sektor, tingkat keuntungan akan menurun karena persaingan yang ketat.

  • Smith mengamati bahwa dalam ekonomi yang kompetitif, keuntungan cenderung menurun seiring waktu.

4. Tingkat Keuntungan Tinggi:

  • Tingkat keuntungan sangat tinggi biasanya terjadi di negara yang baru berkembang atau di sektor yang risikonya besar.

  • Smith juga memperingatkan bahwa tingkat keuntungan yang sangat tinggi sering berkaitan dengan penindasan terhadap pekerja.

Kutipan Penting:

"The interest of the dealers... is always in some respects different from, and even opposite to, that of the public."

Artinya, kepentingan para kapitalis (pemilik modal) sering kali bertentangan dengan kepentingan umum masyarakat.

Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keuntungan:

  • Persaingan antar investor

  • Pertumbuhan ekonomi

  • Ketersediaan tenaga kerja dan tingkat upah

  • Risiko dalam usaha tertentu

Kesimpulan Bab 9:

Keuntungan modal muncul dari penggunaan modal dalam produksi.
Namun, tingkat keuntungan dipengaruhi oleh hubungan dengan upah pekerja dan intensitas persaingan antar kapitalis.

Bab ini melanjutkan diskusi tentang bagaimana pendapatan dibagi dalam masyarakat kapitalis — dan mendekatkan kita pada pemahaman lengkap tentang dinamika pasar dan distribusi kekayaan.


Book I, Chapter X – "Of Wages and Profit in the Different Employments of Labour and Stock" (Tentang Perbedaan Upah dan Keuntungan dalam Berbagai Pekerjaan dan Investasi Modal)

Inti Pokok:

Adam Smith membahas mengapa upah pekerja dan keuntungan pemodal berbeda-beda antara satu sektor dengan sektor lain.
➡️ Ini adalah tentang variasi penghasilan dalam profesi dan bisnis.

Bab ini terbagi dua bagian utama:

Bagian 1: Tentang Perbedaan Upah Pekerja

Smith menjelaskan 5 alasan utama kenapa upah di beberapa pekerjaan lebih tinggi:

  1. Tingkat kenyamanan dan risiko pekerjaan

    • Pekerjaan yang berat, kotor, berbahaya, atau tidak menyenangkan → upah lebih tinggi (contoh: penambang batu bara).

  2. Waktu belajar dan biaya pendidikan

    • Profesi yang butuh pelatihan panjang (seperti dokter, pengacara) → upah lebih tinggi.

  3. Ketidakpastian pendapatan

    • Pekerjaan dengan risiko penghasilan tidak stabil (contoh: aktor, seniman) → harus menawarkan upah lebih tinggi untuk menarik pekerja.

  4. Ketidakmungkinan untuk sukses

    • Semakin kecil peluang berhasil (misalnya jadi pengusaha sukses), semakin tinggi potensi imbalannya, sebagai kompensasi risiko kegagalan.

  5. Kehormatan atau stigma sosial

    • Pekerjaan yang dianggap "tidak terhormat" (misal: jagal) mungkin harus membayar lebih tinggi untuk mengkompensasi stigma.

Bagian 2: Tentang Perbedaan Keuntungan Modal

Smith juga membahas mengapa keuntungan modal berbeda antar sektor:

  • Investasi di bidang yang berisiko tinggi (contoh: perdagangan luar negeri) harus menawarkan keuntungan lebih besar.

  • Sektor yang lebih kompetitif (banyak pemain) biasanya menghasilkan keuntungan lebih rendah.

  • Beberapa sektor memiliki perlindungan hukum atau monopoli → bisa mempertahankan keuntungan tinggi.

Kutipan Penting:

"The whole of the advantages and disadvantages of the different employments of labour and stock must, in the same neighborhood, be either perfectly equal or continually tending to equality."

Artinya, dalam jangka panjang, persaingan akan membuat perbedaan penghasilan antara sektor-sektor cenderung mendekati seimbang, karena orang akan berpindah ke pekerjaan atau investasi yang lebih menguntungkan.

Kesimpulan Bab 10:

Perbedaan upah dan keuntungan di berbagai bidang terutama disebabkan oleh perbedaan risiko, biaya pendidikan, peluang sukses, kenyamanan kerja, dan stigma sosial.
Tetapi dalam jangka panjang, mekanisme pasar akan menyeimbangkan ketidaksetaraan ini melalui mobilitas pekerja dan kapitalis.

Bab ini sangat penting karena menggambarkan logika ekonomi di balik perbedaan gaji dan keuntungan yang masih sangat relevan hingga sekarang.


Book I, Chapter XI – "Of the Rent of Land"(Tentang Sewa Tanah)

Inti Pokok:

Bab ini menjelaskan bagaimana sewa tanah (rent) muncul, apa yang memengaruhinya, dan bagaimana perannya dalam sistem ekonomi kapitalis.

Bab ini terdiri dari pengantar + 6 bagian utama:

Pengantar: Apa itu Sewa Tanah?

  • Sewa tanah adalah bagian dari hasil produksi yang dibayarkan oleh penyewa (petani) kepada pemilik tanah.

  • Tanah memberi hasil tanpa harus dikerjakan oleh pemiliknya — inilah dasar pendapatan pasif pemilik lahan.

Rangkuman 6 Bagian Utama:

1. Tanah yang berbeda memberi hasil berbeda (kesuburan & lokasi):

  • Tidak semua tanah memiliki produktivitas sama.

  • Tanah yang lebih subur atau lebih dekat ke pasar → menghasilkan lebih banyak → disewakan dengan harga lebih tinggi.

2. Sewa muncul hanya ketika hasil lebih besar dari biaya:

  • Jika hasil dari tanah hanya cukup untuk menutup biaya tenaga kerja dan modal, tidak ada sewa yang dibayarkan.

  • Sewa hanya muncul ketika ada kelebihan hasil.

3. Harga barang hasil bumi menentukan sewa, bukan sebaliknya:

  • Misalnya, jika harga gandum naik karena permintaan tinggi, maka pemilik tanah bisa menagih sewa lebih besar.

  • Jadi: harga produk → menentukan sewa tanah, bukan sebaliknya.

4. Efek monopoli tanah:

  • Pemilik tanah bisa mengambil manfaat karena menguasai sumber daya alam yang terbatas.

  • Smith mengkritik bahwa tuan tanah sering mendapat kekayaan tanpa memberi kontribusi nyata dalam produksi.

5. Pengaruh pajak dan kebijakan pemerintah:

  • Pajak atas tanah bisa memengaruhi tingkat sewa dan insentif untuk menanam komoditas tertentu.

  • Namun Smith cenderung mendukung pajak atas sewa tanah, karena dianggap tidak mengganggu produktivitas.

6. Perbandingan hasil pertanian vs industri:

  • Smith menunjukkan bahwa keuntungan dalam pertanian cenderung lebih stabil, tapi lebih lambat berkembang dibanding industri dan perdagangan.

Kutipan Penting:

"The rent of land, therefore, considered as the price paid for the use of the land, is naturally a monopoly price."

Artinya: sewa tanah adalah harga monopoli, karena hanya pemilik tanah yang bisa menawarkannya, dan jumlah tanah terbatas.

Kesimpulan Bab 11:

Sewa tanah adalah bagian dari pendapatan yang berasal dari kepemilikan sumber daya alam, bukan dari kerja atau modal.
Pemilik tanah bisa menarik sewa tinggi karena kelangkaan tanah yang subur dan strategis — bukan karena kontribusi aktif mereka dalam produksi.

Bab ini menutup Book I bagian awal dengan membahas tiga bentuk pendapatan utama:

  1. Upah (labour)

  2. Keuntungan (capital)

  3. Sewa (land)

Tiga ini menjadi dasar sistem ekonomi kapitalis menurut Adam Smith.


Book II,Chapter I – "Of the Division of Stock" (Tentang Pembagian Modal)

Inti Pokok:

Adam Smith menjelaskan bahwa modal (stock) adalah bagian dari kekayaan seseorang yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan, bukan untuk dikonsumsi langsung.

➡ Artinya: jika Anda menyimpan sesuatu bukan untuk langsung digunakan, tapi untuk diputar kembali dalam produksi atau perdagangan, itu disebut modal.

Dua Jenis Penggunaan Modal:

1. Modal Tetap (Fixed Capital)

  • Digunakan berulang kali, tidak langsung habis dalam satu kali produksi.

  • Contoh:

    • Mesin

    • Bangunan pabrik

    • Alat produksi

    • Keterampilan pekerja (disebut human capital)

➡ Tujuannya: membantu produksi secara berkelanjutan.

2. Modal Lancar (Circulating Capital)

  • Harus dijual atau dikonsumsi untuk menghasilkan pendapatan.

  • Contoh:

    • Uang tunai

    • Bahan baku

    • Barang dagangan

    • Gaji pekerja (yang segera dibelanjakan)

➡ Modal ini terus berputar, digunakan untuk menjalankan aktivitas ekonomi sehari-hari.

Pentingnya Modal:

  • Modal memungkinkan produktivitas meningkat melalui alat bantu, keterampilan, dan persediaan.

  • Smith menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung pada seberapa banyak masyarakat menabung dan menginvestasikan modalnya, bukan menghabiskannya untuk konsumsi langsung.

Kutipan Penting:

"Whatever part of his stock a man employs in this manner, he expects it to produce a revenue."

Artinya: orang yang menggunakan modal, melakukannya dengan harapan mendapat penghasilan balik, bukan hanya konsumsi.

Kesimpulan Chapter I:

Modal dibagi menjadi dua: tetap dan lancar.
Keduanya sangat penting untuk memelihara dan meningkatkan produksi.
Penggunaan modal secara bijak adalah kunci pertumbuhan ekonomi dalam masyarakat modern.


Book II, Chapter II – "Of Money Considered as a Particular Branch of the General Stock of the Society" (Tentang Uang sebagai Bagian Khusus dari Modal dalam Masyarakat)

Inti Pokok:

Bab ini membahas peran uang bukan hanya sebagai alat tukar, tetapi sebagai bagian dari modal lancar (circulating capital) dalam sistem ekonomi.

Penjelasan Utama:

1. Uang bukan kekayaan sejati

  • Uang tidak menghasilkan apa pun dengan sendirinya.

  • Ia hanya mewakili kekayaan (sebagai alat tukar), bukan sumber produktivitas seperti alat, bahan mentah, atau tenaga kerja.

"Money... is neither a material for manufacture nor a means of subsistence."

➡ Artinya: Uang tidak bisa dimakan atau digunakan untuk memproduksi secara langsung.

2. Uang sebagai bagian dari modal lancar

  • Uang digunakan untuk:

    • Membayar upah

    • Membeli bahan mentah

    • Menjalankan perdagangan

➡ Oleh karena itu, uang adalah sarana perputaran modal, bukan tujuan akhir dari kekayaan.

3. Uang yang menganggur = modal tidak produktif

  • Jika terlalu banyak uang hanya ditimbun atau disimpan, maka itu mengurangi jumlah modal yang aktif diputar dalam ekonomi.

  • Smith menekankan pentingnya menjaga uang tetap beredar, agar tetap mendorong produktivitas.

4. Perbandingan: Negara Kaya vs Negara Miskin

  • Di negara kaya, proporsi uang terhadap total kekayaan lebih kecil, karena kekayaan mereka lebih banyak berbentuk barang nyata dan alat produksi.

  • Negara miskin sering memiliki lebih banyak uang sebagai proporsi, tapi justru kurang produktif, karena uangnya tidak digunakan secara efisien.

Kutipan Penting:

"The great wheel of circulation is altogether different from the goods which are circulated by means of it."

Artinya: uang hanyalah roda pemutar ekonomi, bukan isi dari ekonomi itu sendiri.

Kesimpulan Chapter II:

Uang adalah alat penting dalam perputaran ekonomi, tapi bukan sumber kekayaan sejati.
Masyarakat harus memfokuskan modalnya pada produksi nyata, bukan sekadar menimbun uang.

Inilah fondasi pemikiran klasik tentang uang sebagai perantara, bukan tujuan — sebuah prinsip penting dalam teori ekonomi hingga hari ini. 


Book II, Chapter III – "Of the Accumulation of Capital, or of Productive and Unproductive Labour" (Tentang Akumulasi Modal dan Tenaga Kerja Produktif vs Tidak Produktif)

Inti Pokok:

Adam Smith membedakan antara:

  • Tenaga kerja produktif: menghasilkan nilai tukar dan menciptakan barang/jasa untuk dijual.

  • Tenaga kerja tidak produktif: menghasilkan konsumsi langsung tapi tidak menciptakan nilai tukar.

Bab ini juga membahas bagaimana modal bertambah melalui tabungan dan investasi, bukan konsumsi.

Penjelasan Utama:

1. Tenaga Kerja Produktif

  • Contoh: tukang kayu, petani, penenun, buruh pabrik.

  • Ciri: hasil kerjanya masuk ke dalam sirkulasi ekonomi dan menambah kekayaan nasional.

2. Tenaga Kerja Tidak Produktif

  • Contoh: pelayan rumah tangga, raja, musisi (yang dibayar secara pribadi), birokrat.

  • Ciri: jasanya langsung dikonsumsi, tidak meninggalkan nilai tukar atau barang tetap.

➡ Smith tidak meremehkan pentingnya jasa-jasa ini secara sosial, tapi secara ekonomi, ia menyebutnya tidak menambah kekayaan nasional.

3. Akumulasi Modal Tergantung pada Tabungan

  • Individu yang menghemat dan menginvestasikan kembali ke dalam bisnis atau alat produksi membantu memperbesar modal nasional.

  • Sebaliknya, konsumsi berlebihan, terutama untuk membayar tenaga kerja tidak produktif, menghambat pertumbuhan kekayaan.

4. Pemerintah vs Individu

  • Smith mengkritik pengeluaran boros oleh pemerintah, terutama untuk birokrasi dan perang.

  • Ia percaya individu cenderung lebih efisien dalam mengelola dan menumbuhkan modal.

Kutipan Penting:

"Parsimony, and not industry, is the immediate cause of the increase of capital."

Artinya: Hemat dan menabung, bukan sekadar bekerja keras, adalah penyebab langsung bertambahnya modal.

Kesimpulan Chapter III:

Hanya tenaga kerja yang menciptakan barang/jasa bernilai jual yang dianggap produktif dan menambah kekayaan nasional.
Pertumbuhan modal sangat bergantung pada tabungan dan reinvestasi, bukan konsumsi pribadi atau negara yang boros.

Bab ini menegaskan bahwa pengelolaan modal dan jenis pekerjaan dalam masyarakat menentukan arah pertumbuhan ekonomi.


Book II, Chapter IV – "Of Stock Lent at Interest" (Tentang Modal yang Dipinjamkan dengan Bunga)

Inti Pokok:

Adam Smith membahas bagaimana modal yang dipinjamkan dengan bunga (interest) tetap menjadi bagian dari modal produktif, dan perannya dalam perekonomian.

Penjelasan Utama:

1. Modal yang Dipinjamkan Tetap Produktif

  • Saat seseorang meminjamkan uang dengan bunga, uang itu tidak menganggur, tapi diputar oleh si peminjam dalam kegiatan ekonomi produktif.

  • Contoh: uang dipinjam oleh pedagang atau produsen untuk membeli bahan baku atau alat produksi → menghasilkan keuntungan.

➡ Maka, meskipun pemilik modal tidak bekerja langsung, modalnya tetap menambah kekayaan nasional.

2. Hubungan antara Tingkat Bunga dan Akumulasi Modal

  • Bunga rendah biasanya terjadi ketika modal melimpah.

  • Sebaliknya, bunga tinggi menunjukkan bahwa modal langka, dan mungkin disebabkan oleh rendahnya tingkat tabungan.

Jadi, tingkat bunga mencerminkan kondisi ekonomi, terutama jumlah tabungan dan akumulasi modal.

3. Perbedaan antara Pengguna Modal:

  • Ada dua jenis peminjam:

    1. Produsen/Pedagang: menggunakan modal untuk aktivitas yang menghasilkan keuntungan.

    2. Konsumen/Orang Boros: meminjam untuk konsumsi → tidak produktif.

➡ Smith menekankan bahwa pemilik modal cenderung memilih meminjamkan kepada orang yang produktif, karena itu yang menjamin pengembalian modal + bunga.

4. Peran Suku Bunga sebagai Mekanisme Pasar

  • Suku bunga menyesuaikan diri dengan kondisi penawaran dan permintaan modal.

  • Intervensi pemerintah untuk mengatur tingkat bunga bisa berisiko jika tidak didasarkan pada kenyataan pasar.

Kutipan Penting:

"As the quantity of stock increases... the interest of money necessarily falls."

Artinya: semakin banyak modal yang tersedia di masyarakat, semakin rendah tingkat bunga.

Kesimpulan Chapter IV:

Pemilik modal yang meminjamkan uang dengan bunga tetap berkontribusi pada produksi dan pertumbuhan ekonomi, asalkan modal itu digunakan secara produktif.
Tingkat bunga mencerminkan kondisi pasar modal, dan tabungan yang tinggi adalah fondasi penting bagi perekonomian yang sehat.


Book II, Chapter V – "Of the Different Employment of Capitals" (Tentang Berbagai Penggunaan Modal dalam Perekonomian)

Inti Pokok:

Adam Smith menjelaskan bagaimana modal digunakan di berbagai sektor, dan urutan prioritas yang paling menguntungkan bagi suatu negara.
➡ Ini adalah kulminasi dari Book II, membahas aliran dan efisiensi penggunaan kapital dalam masyarakat.

Empat Jenis Utama Penggunaan Modal menurut Smith:

1. Produksi untuk Konsumsi Domestik

  • Contoh: pertanian, kerajinan tangan, manufaktur lokal.

  • Modal digunakan untuk membuat barang bagi pasar dalam negeri.

  • Smith menganggap ini penggunaan modal paling bermanfaat bagi masyarakat.

2. Perdagangan Domestik

  • Contoh: pedagang grosir, distributor, pengecer.

  • Modal digunakan untuk mendistribusikan barang di dalam negeri.

  • Menjaga ketersediaan dan kelancaran pasokan, penting tapi tidak menciptakan nilai baru sebanyak produksi.

3. Perdagangan Luar Negeri (ekspor-impor langsung)

  • Contoh: ekspor gandum ke negara lain, impor teh dari Asia.

  • Berguna, tapi keuntungannya lebih terbatas bagi masyarakat lokal karena tidak selalu menciptakan lapangan kerja langsung di dalam negeri.

4. Perdagangan Kolonial atau Jarak Jauh

  • Contoh: ekspedisi ke Amerika atau India.

  • Membutuhkan banyak modal dan berisiko tinggi.

  • Smith menyebut ini sebagai penggunaan modal yang paling sedikit berkontribusi pada ekonomi domestik, meskipun bisa menghasilkan laba besar bagi individu.

Urutan Efisiensi Sosial (menurut Smith):

Paling bermanfaat bagi negara → paling sedikit bermanfaat:

  1. Industri Domestik

  2. Perdagangan Domestik

  3. Perdagangan Luar Negeri

  4. Perdagangan Kolonial / Jarak Jauh

Argumen Moral & Ekonomi:

  • Smith tidak melarang perdagangan luar negeri atau kolonial, tapi dia menekankan bahwa penggunaan modal di dalam negeri menciptakan nilai lebih stabil dan berkelanjutan.

  • Ia juga tidak mendukung kebijakan proteksionisme secara mutlak, tetapi mengkritik bila negara mengabaikan sektor-sektor dalam negeri demi perdagangan luar.

Kutipan Penting:

"The capital of every growing society... is first directed to agriculture, afterwards to manufactures, and last of all to foreign commerce."

➡ Artinya: dalam masyarakat yang berkembang, modal secara alami bergerak dari pertanian → industri → perdagangan luar negeri.

Kesimpulan Chapter V:

Cara modal digunakan memengaruhi tingkat kemakmuran nasional.
Smith menyarankan fokus awal pada industri dan distribusi dalam negeri, karena ini paling banyak menciptakan lapangan kerja, barang, dan nilai tambah lokal.

Dengan ini, selesai sudah rangkuman Book II dari The Wealth of Nations.


Book III ,Chapter I – "Of the Natural Progress of Opulence" (Tentang Kemajuan Kekayaan secara Alami)

Inti Pokok:

Adam Smith menjelaskan bagaimana kekayaan (kemakmuran) secara alami berkembang dalam masyarakat, dari pertanian → manufaktur → perdagangan.
➡ Ia menyebut ini sebagai urutan yang logis dan produktif, yang akan terjadi jika tidak ada hambatan buatan seperti peraturan pemerintah.

Urutan Alami Pertumbuhan Ekonomi menurut Smith:

  1. Pertanian (Agrikultur)

    • Produksi makanan adalah fondasi kekayaan.

    • Orang harus makan sebelum bisa membuat atau membeli barang lain.

    • Pertanian cenderung berkembang lebih dulu karena langsung menunjang kebutuhan hidup.

  2. Industri (Manufaktur)

    • Setelah kebutuhan dasar terpenuhi, masyarakat mulai menciptakan barang-barang tambahan.

    • Spesialisasi dan pembagian kerja muncul di sektor ini.

  3. Perdagangan (Distribusi dan Ekspor-Impor)

    • Ketika produksi melebihi konsumsi lokal, surplus bisa dijual ke wilayah lain.

    • Perdagangan memperluas pasar dan mempercepat pertumbuhan.

Contoh: Negara yang mengikuti urutan alami

  • Smith mencontohkan negara-negara yang berkembang secara bertahap dari desa ke kota, dari petani ke pengrajin ke pedagang, umumnya memiliki fondasi ekonomi yang lebih stabil dan merata.

Penyimpangan dari Urutan Ini

  • Smith mengkritik negara-negara yang:

    • Terlalu cepat mengembangkan kota/perdagangan tanpa dasar agrikultur yang kuat.

    • Memberi privilege (hak khusus) kepada kota dan pedagang (misalnya monopoli), sehingga desa dan petani tertinggal.

Ini bisa menyebabkan ketimpangan, kemiskinan pedesaan, dan lemahnya fondasi ekonomi nasional.

Kutipan Penting:

"The cultivation and improvement of the country... necessarily precede that of the town."

➡ Artinya: pengembangan pedesaan dan pertanian harus datang sebelum kemakmuran kota jika ingin tercapai secara berkelanjutan.

Kesimpulan Chapter I:

Kemajuan ekonomi yang sehat dan alami dimulai dari pertanian, dilanjutkan ke industri, dan terakhir perdagangan.
Negara yang mengikuti jalur ini cenderung lebih kuat dan merata dalam pertumbuhannya.


Book III, Chapter II – "Of the Discouragement of Agriculture in the Ancient State of Europe after the Fall of the Roman Empire" (Tentang Kemunduran Pertanian di Eropa setelah Runtuhnya Kekaisaran Romawi)

Inti Pokok:

Adam Smith membahas mengapa urutan alami perkembangan kekayaan (pertanian → industri → perdagangan) tidak terjadi di Eropa setelah kejatuhan Romawi.

➡ Alih-alih dimulai dari pertanian, kemajuan ekonomi justru dimulai dari kota-kota, dan desa-desa tertinggal.

Latar Belakang Sejarah:

Setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi:

  • Tanah-tanah luas dikuasai oleh baron atau tuan tanah feodal.

  • Petani menjadi budak atau hamba (serf) dan tidak punya hak milik.

  • Pertanian tidak berkembang karena:

    • Petani tidak termotivasi (tidak punya hak atas hasilnya).

    • Hubungan ekonomi didasarkan pada kekuasaan, bukan pasar.

➡ Ini menyebabkan pertanian stagnan, meskipun tanah sangat luas.

Bangkitnya Kota dan Pedagang:

  • Di tengah kondisi pedesaan yang tidak produktif, kota-kota mulai tumbuh sebagai tempat perdagangan.

  • Di kota:

    • Hak milik lebih terjamin.

    • Orang bebas bekerja, berdagang, dan mengakumulasi kekayaan.

  • Kota-kota menjadi pusat pertumbuhan ekonomi sebelum desa menyusul.

Smith menyebut ini sebagai proses yang "tidak alami" tapi historis.

Ketimpangan Feodal:

  • Sistem feodal menciptakan ketimpangan besar antara tuan tanah dan petani.

  • Tanah digunakan sebagai sumber kekuasaan, bukan produksi.

  • Negara-negara Eropa butuh berabad-abad untuk melepaskan diri dari sistem ini dan mengembangkan pertanian secara efisien.

Kutipan Penting:

"In those disorderly times every great landlord was a sort of petty prince."

➡ Artinya: tuan tanah bertindak seperti raja kecil, lebih fokus pada kekuasaan dan status, bukan pada pertumbuhan ekonomi.

Kesimpulan Chapter II:

Setelah runtuhnya Romawi, pertanian—seharusnya fondasi ekonomi—terabaikan akibat sistem feodal.

Kota dan perdagangan tumbuh lebih cepat karena memberi kebebasan ekonomi, meskipun ini bertentangan dengan urutan alami perkembangan kekayaan menurut Smith. 


Book III, Chapter III – "Of the Rise and Progress of Cities and Towns, after the Fall of the Roman Empire" (Tentang Kebangkitan dan Perkembangan Kota-Kota Setelah Kejatuhan Kekaisaran Romawi)

Inti Pokok:

Bab ini menjelaskan bagaimana kota-kota di Eropa bangkit dari kemunduran, menjadi pusat perdagangan dan kebebasan ekonomi, dan secara bertahap menghidupkan kembali pedesaan.

➡ Smith menunjukkan bagaimana kebebasan ekonomi di kota menjadi kekuatan yang mengikis sistem feodal dan membuka jalan bagi pertumbuhan kekayaan yang lebih merata.

1. Kebangkitan Kota-Kota

Setelah keruntuhan Romawi:

  • Kota-kota awalnya kecil dan miskin.

  • Namun, mereka mulai berkembang karena:

    • Perlindungan diri (dinding kota).

    • Aktivitas dagang lokal (pasar mingguan, pengrajin).

    • Kebebasan hukum yang lebih besar dibanding pedesaan.

Warga kota sering membeli atau memperoleh piagam kebebasan dari raja, yang memberi mereka hak untuk memerintah sendiri dan bebas dari feodalisme.

2. Perdagangan sebagai Penggerak Kemajuan

  • Penduduk kota menjadi pengrajin dan pedagang.

  • Mereka menabung, berdagang, dan mengakumulasi modal.

  • Aktivitas ekonomi ini menciptakan kelas menengah perkotaan yang mandiri dan berdaya.

➡ Kota menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang lebih rasional dan terlepas dari struktur kekuasaan feodal.

3. Kota Menghidupkan Kembali Pedesaan

  • Seiring kekuatan kota tumbuh:

    • Mereka membeli hasil pertanian dari desa.

    • Mereka menciptakan permintaan atas produksi pertanian dan bahan mentah.

  • Ini mendorong petani untuk berproduksi lebih banyak, dan lambat laun memunculkan petani bebas.

  • Kota juga membatasi kekuasaan tuan tanah, karena kekuatan ekonomi mulai bergeser ke perdagangan, bukan warisan.

Secara tidak langsung, kota membantu membebaskan desa dari belenggu feodalisme.

Kutipan Penting:

"Order and good government, and with them the liberty and security of individuals, were established in cities long before they were established in the country."

➡ Artinya: kota adalah tempat pertama di mana kebebasan individu dan hukum yang tertib berkembang, mendahului pedesaan.

Kesimpulan Chapter III:

Meskipun pertanian seharusnya menjadi dasar kemajuan ekonomi, justru kota dan perdaganganlah yang membuka jalan setelah sistem feodal menghambat pertumbuhan desa.
Kota-kota Eropa menjadi kekuatan progresif yang secara bertahap mendorong kebebasan, pasar, dan pembangunan ekonomi yang lebih merata.


Book III, Chapter IV – "How the Commerce of the Towns Contributed to the Improvement of the Country" (Bagaimana Perdagangan Kota Berkontribusi pada Perbaikan Daerah Pedesaan)

Inti Pokok:

Adam Smith menjelaskan bahwa perdagangan dan pertumbuhan ekonomi di kota-kota tidak hanya menguntungkan masyarakat kota, tetapi juga memiliki efek positif tidak langsung terhadap pedesaan.

➡ Kota menjadi penggerak kemajuan ekonomi pedesaan, dengan cara yang bersifat evolusioner, bukan melalui kebijakan terencana.

Mekanisme Dampak Kota terhadap Desa:

1. Permintaan atas Produk Pertanian

  • Kota yang makmur menciptakan permintaan stabil dan menguntungkan terhadap hasil pertanian: gandum, daging, susu, dll.

  • Petani terdorong untuk:

    • Meningkatkan produksi.

    • Meningkatkan efisiensi.

    • Menjual lebih aktif ke pasar kota.

Hasilnya: pertanian menjadi lebih komersial dan produktif.

2. Pasar yang Terbuka dan Aman

  • Kota menawarkan pasar yang lebih bebas dan teratur dibanding pasar feodal.

  • Ini membantu petani dan produsen di desa:

    • Mendapat harga yang adil.

    • Lebih berani berinvestasi dan menanam lebih banyak.

3. Pelemahan Kekuasaan Feodal

  • Seiring bertambahnya kekayaan kota, pengaruh ekonomi raja dan tuan tanah perlahan tergantikan oleh kekuatan pasar.

  • Kota-kota membantu mengikis monopoli dan hak istimewa para bangsawan, karena:

    • Pedagang dan pengrajin jadi makin kuat.

    • Mereka punya kekuatan tawar terhadap sistem lama.

Perubahan Bertahap, Bukan Direncanakan

Smith menekankan bahwa perbaikan pedesaan bukan hasil dari kebijakan pemerintah, melainkan hasil tak disengaja dari pertumbuhan perdagangan kota.

Invisible hand bekerja di sini: orang-orang mengejar kepentingan mereka sendiri (keuntungan), tapi secara tidak langsung memperbaiki kesejahteraan seluruh masyarakat.

Kutipan Penting:

"Commerce and manufactures gradually introduced order and good government, and with them the liberty and security of individuals."

➡ Perdagangan dan industri membawa tata tertib, kebebasan, dan kemakmuran, tak hanya ke kota tetapi juga ke pedesaan.

Kesimpulan Chapter IV:

Pertumbuhan kota dan perdagangan memiliki dampak positif yang kuat terhadap desa dan pertanian, memperluas pasar, meningkatkan produksi, dan memperlemah sistem feodal.
Ini terjadi tanpa perencanaan pemerintah, tetapi melalui kekuatan alami pasar dan interaksi ekonomi.